Cinta Monyet
Yovie, itulah namaku. Lengkapnya Yovie Andera Putra. Aku adalah seorang pengidap Skizofrenia, penyakit kejiwaan. Keluarga besarku tak ada yang punya riwayat penyakit seperti ini. Hanya aku, itu semua disebabkan karena aku pernah diculik akibat kasus yang dialami Ayahku. Karena hal tersebut akhirnya aku depresi berat dan mesti berobat ke Psikiater, berkonsultasi dan diberikan obat. Awalnya dokterku berkata bahwa penyakitku bisa sembuh dalam jangka waktu dua tahun, namun karena kecerobohanku dalam beberapa tahun tidak mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter Psikiater, aku relapse dan pada akhirnya aku divonis mesti mengkonsumsi obat seumur hidup.
Dulu seharusnya aku sudah kelas 2 SMA dan dokter telah membuatkan surat agar aku bisa naik kelas 2 karena sakit yang ku alami ini, namun aku menolak, karena aku ingin pindah sekolah ke SMK. Akupun melanjutkan sekolahku di SMK Bumi Pertiwi masuk jurusan MultiMedia dan mengulang dari kelas 1. Alasan aku memilih masuk SMK dan bukan melanjutkan ke SMA karena yang ku tahu bahwa SMK itu lebih banyak prakteknya dibanding SMA, memilih jurusan MultiMedia-pun karena Ayahku mempunyai media cetak sendiri, sebuah Tabloid. Sebuah media berita yang umumnya tentang politik. Rencananya dengan masuk di jurusan MultiMedia, aku ingin membantu membangun usaha Ayahku.
Akhirnya awal masuk ke SMK baruku pun akan dimulai. Hari pertama tentunya kami akan mengikuti MOS(Masa Orientasi Siswa) dan saat itu sebenarnya aku merasa sedikit gugup. Berharap mendapat banyak teman yang baik. Tak disangka pas awal masuk aku ditertawakan semuanya karena memakai karet gelang diikatkan di kepala. Ternyata Aku salah menerima informasi tentang syarat mengikuti MOS untuk penggunaan karet gelang di kepala bukan untuk anak murid lelaki namun murid perempuan. Haha… Ketika di hari kedua MOS akupun melihat seorang gadis yang tampaknya begitu menawan. Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama? Tak disangka dia duduk di samping diriku saat itu. Akupun mengajaknya berkenalan. Ternyata dia begitu asik dan obrolan kami pun nyambung. Betapa senangnya saat itu.
Hari demi hari berjalan dalam masa awal sekolahku di bangku SMK, akupun semakin akrab dengan gadis yang sebelumnya ku sebutkan, oh iya, namanya Lara, Lara Setiawati. Kamipun akhirnya menjadi sahabat baik. Sering bersama bareng dan suka asik mengobrol berdua. Hanya kami beda kelas namun satu jurusan MultiMedia. Saat mulai masuk ekskulpun, kami masuk di eksul yang sama. Paduan Suara, Teater, dan Taekwondo sama-sama kami masuki. Hanya ekskul Basket hanya Aku yang gabung karena Lara sepertinya tidak begitu tertarik dengan ekskul tersebut. Keseringan kami bersama, sontak membuat teman-teman kami di kelas meledeki kami sebagai sepasang kekasih. Aku sih seneng-seneng saja diledeki seperti itu karena memang punya rasa yang lebih ke sih Lara. Tidak tahu dengan perasaan asli Lara seperti apa.
Saat mulai mengikuti ekskul Taekwondo, Lara ternyata sudah sabuk kuning karena pernah mengikuti ekskul ini di SMP-nya. Sedangkan aku masih sabuk putih, karena ini pertama kalinya aku mengikuti ekskul beladiri. Ketertarikanku di dunia beladiri berawal setelah aku terkena ‘skizofrenia’. Dulu padahal aku tak begitu tertarik dengan dunia beladiri dan merupakan anak yang kalem dan tak suka kekerasan. Aku sendiri juga tak mengerti kenapa aku bisa mulai tertarik dengan beladiri.
Ketika mulai mengikuti ekskul Taekwondo, aku pun mendapat teman baik yang merupakan asisten Sabeum(Istilah guru dalam dunia beladiri Taekwondo). Dia sudah sabuk merah saat itu. Namanya Igit. Dia-pun banyak membantuku mengajari tentang dunia Taekwondo, bahkan dalam pelajaran computer juga, karena dia sudah kelas 3 dan masuk jurusan TKJ(Teknik Komputer Jaringan).
Pada suatu waktu akupun telah naik sabuk kuning Taekwondo setelah mengikuti ujian kenaikan oleh Sabeum ‘Emon’, nama guru Taekwondo-ku saat itu. Kemudian satu waktu pada malam hari, setelah selesai ekskul Taekwondo. Aku hendak mengantar Lara pulang bersamaku menaiki motor yang ku bawa. Sayangnya saat itu sepatuku hilang entah kemana. Saat aku meminta Lara menungguku untuk mencari sepatuku, Igitpun menawarkan Lara untuk pulang bersamanya karena waktu sudah semakin malam. Akhirnya akupun ditinggal oleh mereka berdua. Syukurlah kemudian aku bisa menemukan sepatu pantofel ku yang terselip di dalam meja dan tak tahu kenapa bisa sampai ada di situ.
Suatu waktu hubungan Lara dan Igit semakin dekat. Dan entah mengapa Lara mulai berubah sikapnya. Jujur aku cemburu. Setelah itu, akupun terus terang kepada Igit dan berkata bahwa aku menyukai Lara, meskipun aku belum mengatakan hal ini pada Lara secara langsung. Igit pun berkata bahwa dia sama sekali tak memiliki rasa apapun pada Lara. Dan dia sedang menyukai gadis lain yang seangkatan denganku, seorang gadis dari jurusan Akuntansi.
Merasa lebih tenang dan tak ingin terlambat. Ketika kala itu paduan suara dari sekolahku mendapat undangan dari salah satu Universitas di Jakarta untuk bernyanyi disaat kelulusan Mahasiswanya. Sebelum kami masuk ke ruangan besar tempat kami akan bernyanyi. Akupun mengutarakan perasaanku kepada Lara. Lara tampak tenang dan malah menanyakan balik perasaanku, kenapa bisa menyukainya. Belum tuntas berbicara, kamipun dipanggil untuk untuk masuk menyanyi di podium. Saat menyanyi ketika itu, hatiku begitu gunda-gulana dan galau.
Akhirnya kami-pun pulang naik ke Bus Sekolah. Saat diperjalanan pulang aku pun duduk bersama dengan Lara dan membicarakan hal yang tadi ku-utarakan dan belum selesai. Lara kemudian berkata untuk ikut membicarakannya bersama Igit. Karena sepulang acara paduan suara kami, masih ada ekskul Taekwondo pada malamnya. Aku pun merasa sedikit aneh kenapa Lara mesti berkata bahwa kita perlu membicarakan perasaanku berasama Igit. Bukankah itu berarti ada sesuatu di antara mereka?.
Suatu waktu penyakitku kambuh dan membuatku harus di bawah ke Rumah Sakit dan tak masuk ke sekolah beberapa hari. Sampai akhirnya aku bisa dirawat inap namun tetap belum bisa bersekolah.
Ada satu temanku, yang sudah menyukaiku sejak awal masuk SMK juga. Sebut saja Kirana, Kirana Megan. Karena ketidak-hadiranku di sekolah dia pun datang menjengukku di rumah bersama Lara. Kirana membawakan buah-buahan untukku. Sedang Lara hanya menanyakan kabarku. Saat berbincang bersama mereka sebentar. Igitpun juga datang. Kemudian bertanya tentang perasaanku pada Lara. Aku pun sudah tau sebenarnya bahwa mereka berdua punya perasaan satu sama lain dan tampak begitu dekat. Lebih akrab dariku. Igit bertanya tentang perasaanku dan kesungguhanku pada Lara. Namun karena keberadaanku saat itu. Aku pun merelakan perasaanku dan mendukung mereka berdua untuk jadian. Aku mengalah, meskipun hatiku terasa sangat sakit.
Suatu ketika sekolah kami akan mengadakan pemilihan calon ketua OSIS, aku ditunjuk salah satu kakak kelasku untuk menjadi wakilnya dalam pemilihan Ketua OSIS. Awalnya aku senang. Namun kemudian berubah ketika wali kelasku melarangku untuk ikut mengambil bagian dalam ruang lingkup OSIS, dan mengancamku akan diblack-list olehnya apabila aku ikut bergabung dalam organisasi OSIS. Hal tersebut membuatku begitu galau dan terus kepikiran. Akupun hendak mengundurkan diri, namun sudah terlanjur dibuatkan spanduknya di sekolah dimana aku menjadi wakil dari salah satu calon ketua OSIS-nya. Ketika pemilihan selesai, kami berdua tak berhasil mendapatkan suara yang lebih banyak dibanding salah satu pasangan calon lainnya. Dari ketiga pasangan calon ketua/wakil ketua OSIS, kami mendapatkan suara kedua terbanyak. Akhirnya akupun ditunjuk menjadi Sekretaris OSIS. Namun kemudian aku akhirnya menolak bergabung dengan OSIS karena tak ingin bermasalah dengan Walikelasku saat itu.
Hari-hari di sekolahku kini terasa tak begitu nyaman, namun aku mencoba menjalaninya seperti biasa. Untunglah aku mempunyai seorang sahabat selain Lara yang selalu mensupportku dan mendengar dengan baik curhatan dariku. Namanya Adam. Meskipun terkadang dia suka rese’, namun sebenarnya orangnya sangat baik.
Adam pernah berkata padaku, sebaiknya aku tak usah menyatakan perasaanku pada Lara. Alasannya karena memang aku dan Lara berbeda Agama. Aku Kristen dan Lara Islam. Menurut Adam, sebaiknya aku tetap menjaga hubungan persahabatanku dengan Lara. Dan menurutku Adam benar. Akibat aku menyatakan perasaanku pada Lara, hubungan kami berdua menjadi kikuk, maksudnya kami jadi jarang menyapa satu sama lain dan seperti ada jarak atau tembok yang membuat hubungan kami berdua terpisah.
Jujur aku merasa putus asa akan penyakit yang ku alami. Di sekolah hanya Adam yang tau bahwa aku memiliki penyakit kejiwaan, yakni Skizofrenia. Sehingga kalau aku bertingkah aneh, dia bisa memahami dan mencoba membantuku agar tidak bertindak yang hanya akan merugikan diriku.
Suatu ketika dieksul Paduan Suara, ada Kirana, Lara dan Opi. Mereka dijuluki KLOP karena selalu bersama di ekskul Padus(Paduan Suara). Saat ini hubungan persahabatanku dengan Lara sudah cukup membaik dan kami mulai bisa kembali akrab kembali. Aku mulai bisa merelakan dengan utuh hubungan Lara dengan Igit. Nah, saat itu di ruang ekskul padus Opi meminta nomor handphone karena sudah lama bertemu namun belum mempunyai kontakku.
“Yo, minta nomor handphone lu dong. Udah lama temenan tapi sampe sekarang belum punya nomor lu.” Seru Opi.
“Oh, iya. Ini nomor gue 08128755xxxx”, sahutku.
“Gue misscall ya, disave nomor gue. Ok!”seru Opi.
Ponselku-pun berdering. Kemudian setelah nomornya masuk, nomor Opi pun ku save.
Semalam kemudian, Opi mengirim SMS ke nomorku. Kami pun akhirnya saling berkomunikasi via sms. Saling asik membalas sms satu sama lain dan terkadang juga saling bertelepon, hubungan kami sedikit demi sedikit mulai berubah. Sampai suatu waktu Opi menyatakan perasaannya kepadaku. Entah ini hanya sebagai pelampiasan atau bukan, karena orang yang kusuka sudah bersama orang lain, akhirnya pernyataan cinta dari Opi kuterima via sms. Di sekolah pun akhirnya kami berjumpa dan mulai bersama. Teman-temanku pun sempat heran, karena mereka pikir aku berpacaran dengan Lara. Hanya Adam yang tau persis semuanya. Menurut Adam ini jauh lebih baik, karena Opi seagama denganku, sama-sama Kristen.
Mendengar aku sudah pacaran dengan Opi, Kirana merasa dikhianati oleh sahabatnya sendiri si Opi. Karena Kirana sebenarnya telah menyatakan perasaan sukanya kepadaku, pada si Opi. Dan Opi tau persis kalau Kirana memang menyukaiku. Namun menurut penuturan Opi, sebelum Kirana mengatakan perasaannya kepada Opi, Opi juga sudah menyukaiku terlebih dahulu. Dan menurutnya dia tak salah, cintanya tak salah karena ini masalah hati. Opi-pun mencoba membuat Kirana mengerti, namun Kirana terlanjur kecewa. Persahabatan mereka mulai memburuk. Aku sendiri tak ingin membuat masalah dengan siapapun, namun yang ku tahu dan kusadari, ini bukanlah salahku. Ini urusan mereka. Meski begitu aku menyarankan Opi untuk tetap menjaga persahabatan dengan Kirana.
Cinta itu memang pelik. Suatu ketika entah mendapatkan ide darimana, aku mencoba menguji kesetiaan Opi. Aku membeli kartu perdana baru, yakni nomor ponsel baru untuk mengetes si Opi. Aku berpura-pura jadi teman lelakinya dan bertanya pada Opi via sms. Dalam pesan singkat tersebut, aku bertanya apakah Opi mau nanti keluar jalan bersama ‘dia’(teman lelakinya Opi) nanti hanya berdua. Dan Opi-pun membalas sms tersebut dengan jawaban ‘ya’. Karena hal tersebut aku-pun malah cemburu. Bukannya membicarakan hal itu, aku malah menjauhi Opi dan mencueki si Opi. Pikirku biar dia sendiri menyadari apa kesalahannya. Bukannya menyadari, Opi pun pada akhirnya malah meminta putus padaku. Aku tahu itu adalah jelas salahku, harusnya aku tidak boleh begitu. Namun bukannya aku menjelaskan, aku pun menerima pernyataannya untuk putus.
Mengetahui hal tersebut, Kirana-pun mulai mendekatiku. Selain Opi, Kirana juga sudah menyukaiku sejak awal kelas 1 SMK, sejak melihatku diawal MOS dulu. Ternyata Kirana juga berteman dengan sahabatku yang dari SMP dulu, namanya Adit. Saat aku bilang ingin bertemu temanku Adit, Adita Rahman, Kirana berkata bahwa dia sepertinya mengenal Adita Rahman dan ikut datang ke rumah temanku tersebut via Taxi. Dan ternyata benar. Kamipun masuk ke rumah temanku Adit. Di sana kami asik mengobrol dan main Playstation bersama. Sampai akhirnya sudah mau Magrib, akupun mengantar pulang Kirana. Dalam perjalanan Kirana menembakku. Merasa Kirana tampak begitu manis, aku pun menerimanya. Kirana pun memelukku erat dalam perjalanan pulang. Malam yang indah.
Namun hubungan dengan Kirana pun kandas ketika kami PKL(Pelatihan Kerja Lapangan), dia bertemu lelaki lain dan sms padaku untuk meminta putus, alasannya karena ternyata dia hanya ngefans padaku dan bukan cinta. Padahal yang ku tau itu semua karena dia selingkuh. Entahlah. Jujur aku menyesal pernah pacaran pas SMK, buang-buang waktu, seharusnya ku focus belajar saja. Sekali lagi entahlah.
Sekarang saya sudah berusia 25 tahun dan masih single, kenangan pas SMK ku sebenarnya ada banyak, namun rumit untuk kujelaskan semua. Sekian kisah cinta monyet ini.
*Kisah ini berdasarkan kisah nyata 10 tahun yang lalu, nama disamarkan.