Pidato Dengan Budaya
Baca Kita Perkuat Budaya Lokal Yang Berkarakter
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam Damai Sejahtera untuk kita semua,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.
Hadirin sekalian yang saya hormati.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur
kehadirat Tuhan YME. Karena oleh Dialah kita bisa tetap ada sampai saat ini dan
menikmati segala karunia-Nya.
Pada saat ini, izinkanlah saya membawakan sebuah pidato yang
berjudul “Dengan Budaya Baca Kita Perkuat Budaya Lokal Yang Berkarakter.”
Berdasarkan hasil kajian dan pengalaman empiris diketahui
bahwa membaca merupakan salah satu rahasia sukses siswa dari negara maju.
Namun sayangnya di Negara kita Indonesia, sesuai data dari Progress
in International Reading Literacy Study (PIRLS) dan Programme for International
Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa kompetensi peserta didik Indonesia
tergolong rendah dalam keterampilan memahami bacaan. Indonesia menduduki peringkat ke-45 dari 48
negara peserta dengan skor 428 dari skor rata-rata 500 (IEA-the International
Association for the Evaluation of Educational Achievement, 2012).
Melihat hal tersebut, perlu diadakannya sebuah terobosan
yang mampu menghasilkan niat baca setiap individu dan kemampuan memahami bacaan.
Sebab membaca itu memiliki peran penting dimana dengan budaya baca dapat memperteguh
dan mengembangkan peradaban, watak, dan harga diri bangsa. Lagipula, buku adalah
jendela dunia, dengan membaca kita bisa menjelajah dunia.
Kita perlu membuat kelompok baca sesuai tingkatan, misalnya
kelompok baca SD, kelompok baca SMP, kelompok baca SMA, kelompok baca Mahasiswa
dan kelompok baca Umum antar RT atau Desa untuk datang membaca di Perpustakaan
Daerah.
Membaca bagi kebanyakan orang merupakan kegiatan yang
membosankan. Namun berkat adanya teknologi yang semakin maju, kita mau tak mau
menjadi suka membaca. Contohnya saat membuka Facebook, kita disibukan dengan
membaca setiap status orang di timeline kita, artikel berita yang muncul dari
sebuah fanspage dan tulisan lainnya. Teknologi membuat kita lebih dekat dengan
membaca. Namun informasi yang kita dapat dari dunia maya terkadang banyak diisi
dengan berita hoax. Oleh karena itu perlu untuk kita memilah-milah mana bacaan
yang bermutu. Selain lewat Smartphone kita, ada baiknya kita membeli buku-buku,
majalah ataupun Koran. Karena biasanya buku yang diterbitkan penerbit Mayor,
merupakan buku berkualitas karena sudah diedit dengan tata bahasa yang sesuai
dengan KBBI(Kamus Besar Bahasa Indonesia) dan menarik menurut pihak Penerbit.
Juga tentunya majalah dan Koran yang dijual memiliki banyak informasi yang
berarti. Ada banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dari membaca. Tidak sekadar
menguatkan sisi intelektual, membaca juga dapat mengasah sisi afektif dan
nurani pembaca. Kedewasaan berpikir dan bertindak salah satunya terbentuk dari
kebiasaan membaca. Membaca juga merupakan sarana hiburan, terutama jika kita
membaca topik-topik yang kita sukai, sehingga dapat melatih daya kreativitas
dan imajinasi kita. Dan secara tidak langsung, membaca juga dapat menambah
kosakata kita. Bahkan, menurut para peneliti, membaca buku atau majalah dapat
menunda atau mencegah kehilangan memori karena sel-sel otak dapat terhubung dan
tumbuh. Dengan kata lain, membaca dapat meningkatkan memori otak dan mencegah
penyakit Alzheimer.
Menurut Harry Truman dia mengatakan, “Not every reader is a
leader, but a leader must be a reader.” Tidak setiap pembaca adalah pemimpin,
namun setiap pemimpin haruslah pembaca. Jadi,
bagaimana mungkin Indonesia maju apabila pemimpinnya sendiri tidak gemar
membaca. Seperti yang dikatakan oleh Milan Kudera, “Jika ingin menghancurkan
sebuah bangsa dan peradaban, hancurkan buku-bukunya, maka pastilah bangsa itu
akan musnah.” Maka dari itu mari kita majukan bangsa kita dengan membaca agar
terluput dari kebobrokan bangsa. Dengan
Budaya Baca Kita Perkuat Budaya Lokal Yang Berkarakter. Mari majukan Kota Luwuk BERAIR (BERsih, Aman, Indah, Rapi) yang rajin membaca.
Akhir kata, demikian yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf
apabila terdapat tutur kata yang kurang berkenan di hati hadirin. Terima kasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam Damai Sejahtera untuk kita semua,
Om Shanti Shanti Shanti Om,
Namo Buddhaya.
Prasetyo Peuru Henry Putra
Luwuk, Indonesia, 4 September 2018